Sekolah Tanpa Kertas

Sekolah itu identik dengan kertas. Lihat saja siswa datang ke sekolah dengan setumpuk buku, baik buku tulis maupun buku paket. Demikian juga guru masuk kelas juga dengan membawa setumpuk buku. Ada buku paket pelajaran, buku referensi, buku LKS, buku agenda mengajar, buku absen, buku silabus, RPP, buku bank soal, buku program tahunan, program semester dan masih banyak buku-buku administrasi lainnya. Di ruang guru bertumpuk kertas-kertas ulangan baik yang belum maupun yang sudah diperiksa dan di analisa. Di meja kepala sekolah ada setumpuk administrasi guru menunggu di tandatangani. Di ruang tata usaha lebih banyak lagi buku dan kertas.
Ini adalah sebuah keadaan yang hampir sama seperti keadaan 100 tahun yang lalu. Artinya belum ada perubahan yang berarti dalam sistem manajemen dan administrasi sekolah, semuanya masih berorientasi pada kertas. Di zaman yang sering disebut sebagai zaman teknologi informasi, sekolah adalah satu-satunya entitas yang masih berpegang teguh pada paradigma lama. Lihat saja, masih banyak pengawas sekolah yang meminta administrasi guru seperti RPP dan sebagainya dalam bentuk cetakan bahkan tulisan tangan. Padahal jika adminstrasi guru tidak perlu lagi berbentuk bahan cetakan, berapa banyak anggaran yang bisa di hemat oleh sekolah. Dan guru akan punya lebih banyak waktu untuk membimbing siswa, merancang berbagai macam strategi pembelajaran dan mengimplementasikannya dengan berbagai metode dan teknik dari pada hanya menghabiskan waktu untuk menulis administrasi yang sedemikian banyak.
Banyak pejabat pendidikan yang meminta agar guru dapat memanfaatkan teknologi informasi, tetapi cara pandang para pejabat ini juga masih cara pandang lama. Belum sampai pada cara pandang bahwa penggunaan teknologi informasi di sekolah adalah untuk meningkatkan efisiensi baik dari segi administrasi, pembiayaan dan terutama efisiensi pembelajaran.
Berikut ini adalah sebuah ilustrasi sederhana tentang sekolah yang menerapkan tekonologi informasi secara terpadu dan terintegrasi.
Pada hari pertama tahun ajaran baru, seorang guru masuk ke kelas VII SMP dengan sebuah laptop yang terhubung dengan jaringan sistem informasi sekolah. Dia cukup klik atau ketik nama kelas, maka server sistem informasi akan memunculkan daftar nama siswa lengkap beserta bio datanya di laptopnya. Selanjutnya guru melakukan pengabsenan, hasilnya tersimpan di server sistem. Yang tercatat bukan hanya data kehadiran siswa saja, data kehadiran guru, tema atau topik pelajaran, status ketuntasan juga akan tersimpan. Sama sekali tidak perlu kertas.
Sementara itu siswa dengan tablet nya yang juga terhubung dengan yang server sistem, mereka akan terhubung dengan pusat sumber belajar yang diatur oleh sebuah Learning Management System. Mereka bisa mengakses materi pelajaran, latihan soal bahkan ulangan cukup dengan tabletnya. Status kemajuan belajar, tugas, dan ulangannya akan tercatat pada sistem. Sama sekali tidak perlu kertas.
Kemudian lewat web sekolah atau SMS gateway, orang tua siswa juga bisa mengakses status kemajuan belajar putra-putri mereka dengan mudah. Kepala sekolah juga bisa mengakses administrasi guru, proses dan evaluasi pembelajaran setiap guru cukup lewat laptop di ruang kerjanya. Pengawas dan dinas pendidikan pun bisa mendapatkan laporannya dengan cepat secara real time dan tanpa rekayasa. Sama sekali tidak perlu kertas.
Dan di akhir semester, semua laporan yang berkaitan dengan proses dan hasil pembelajaran sudah tersedia di server sistem informasi sekolah, semua warga sekolah, guru, wali kelas, kepala sekolah bahkan siswa bisa mengaksesnya sesuai dengan hak akse masing-masing. Sama sekali tidak memerlukan kertas.
Mungkinkah keadaan seperti yang dilustrasikan di atas bisa direalisasikan? Silahkan para pejabat pendidikan, para kepala sekolah dan para guru sendiri untuk menjawabnya.