Dengan e-sabak UN CBT Bisa Dilaksanakan di Semua Sekolah

Mencermati pelaksanaan UN CBT di beberapa SMA/ SMK beberapa waktu yang lalu, bisa di ambil kesimpulan bahwa Ujian yang berbasis komputer memang lebih efektif dan obyektif. Efektif karena akan mempersingkat alur kerja Ujian Nasional yang jika dilaksanakan secara konvensional begitu panjang dan menyita biaya serta waktu yang cukup lama, mulai dari tender pencetakan, distribusi naskah soal maupun pemeriksaan hasilnya. Obyektif karena akan memperkecil interfensi fihak lain dalam menjawab soal-soal UN tersebut, siswa akan benar-benar mengerjakan soal sendiri karena pada ujian berbasis komputer memungkinkan soal maupun pilihan jawaban bisa di acak sedemikian rupa.
Namun untuk bisa melaksanakan UN CBT di semua sekolah tentunya pemerintah harus menyelesaikan beberapa kendala besar, seperti jumlah komputer yang tidak memadai di sekolah, jaringan internet yang juga belum bisa menjangkau semua sekolah, dan juga pasokan listrik yang sewaktu-waktu bisa terhenti. Dan untuk itu tentu diperlukan biaya yang sangat besar yang tidak mungkin bisa diselesaikan dalam waktu satu tahun anggaran.
Lalu bagaimana agar UN CBT bisa dilaksanakan di semua sekolah secepatnya ?
Semua kendala di atas bisa diselesaikan dengan cara yang sederhana, yaitu dengan merealisasikan salah satu program kementrian Pendidikan Dasar yaitu e-sabak. E-sabak adalah tablet yang dirancang khusus sebagai pengganti buku pelajaran. Selain dapat dipergunakan untuk kegiatan pembelajaran sehari-hari, e-sabak ini juga harusnya dapat pula dipergunakan untuk mengikuti UN CBT.
UN CBT via tablet e-sabak memiliki beberapa kelebihan diantaranya:

  1. Multiguna, tablet e-sabaknya selain bisa dipergunakan untuk UN CBT, juga bisa dioptimalkan fungsinya untuk kegiatan pembelajaran sehari-hari,
  2. Biaya pengadaan yang rendah, harga 1 unit tablet tanpa fasilitas telpon bisa hanya sepersepuluh harga 1 unit PC atau Laptop
  3. Hemat listrik dan kendala pasokan listrik yang bisa terputus tiba-tiba bisa diatasi dengan mengisi penuh baterai tablet sebelum pelaksanaan UN CBT.

Pada tahap pertama pemerintah bisa menyediakan e-sabak sejumlah siswa kelas IX dan kelas XII tahun pelajaran 2015/2016, biaya untuk pengadaan tablet e-sabak ini bisa didapat dari pengalihan alokasi anggaran pengadaan buku teks pelajaran dan pengadaan naskah soal UN.
Untuk dapat dipergunakan dalam UN CBT, e-sabak ini selain berisi buku pelajaran dan konten-konten pelajaran lain, juga harus diisi dengan aplikasi Ujian CBT. Melalui aplikasi ini siswa sudah bisa berlatih mengikuti ujian CBT jauh hari sebelum pelaksanaan UN CBT. Ulangan harian dan ulangan akhir semester pun bisa dilaksanakan dengan menggunakan aplikasi tersebut sehingga siswa menjadi terbiasa dalam mengikuti ujian berbasis komputer. Dengan sudah terbiasanya siswa mengerjakan soal sepertiitu tentunya akan meminimalisir faktor kesalahan teknis dalam mengikuti UN CBT nantinya.
Agar UN CBT ini bisa terlaksana dengan baik ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perancang sistemnya yaitu :

  1. Aplikasi UN CBT haruslah aplikasi yang multi platform, artinya bisa digunakan dengan menggunakan berbagai sistem operasi, baik Windows, Linux maupun Android.
  2. Tampilan antarmuka yang responsif, artinya bisa menyesuaikan dengan berbagai ukuran resolusi layar baik untuk PC, laptop, maupun tablet.
  3. Aplikasi UN CBT ini juga sebaiknya berbasis intranet bukan internet. Sehingga kendala internet seperti kulitas jaringan yang buruk maupun bandwith yang rendah tidak akan berpengaruh pada saat pelaksanaan UN CBT. Setelah selesai barulah data rekapitulasi nilai disinkronisasikan oleh server intranet sekolah dengan server UN CBT Kementrian.
  4. Aplikasi UN CBT juga harus memungkin berbagai sistem sinkronisasi data, misalnya bisa saja file database hasil UN CBT ini dikirim via email. Atau dengan menggunakan sistem yang lain yang tidak memerlukan koneksi internet dengan kecepatan dan bandwith yang tinggi.
  5. Meyediakan wireless access point di sekolah-sekolah untuk menyediakan akses wifi untuk e-sabak dari server UN CBT sekolah.

Demikianlah beberapa hal yang harus dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini Kementrian Pendidikan agar UN CBT bisa dilaksanakan serentak di semua sekolah pada tahun pelajaran 2015/2016.

Sekolah Tanpa Kertas

Sekolah itu identik dengan kertas. Lihat saja siswa datang ke sekolah dengan setumpuk buku, baik buku tulis maupun buku paket. Demikian juga guru masuk kelas juga dengan membawa setumpuk buku. Ada buku paket pelajaran, buku referensi, buku LKS, buku agenda mengajar, buku absen, buku silabus, RPP, buku bank soal, buku program tahunan, program semester dan masih banyak buku-buku administrasi lainnya. Di ruang guru bertumpuk kertas-kertas ulangan baik yang belum maupun yang sudah diperiksa dan di analisa. Di meja kepala sekolah ada setumpuk administrasi guru menunggu di tandatangani. Di ruang tata usaha lebih banyak lagi buku dan kertas.
Ini adalah sebuah keadaan yang hampir sama seperti keadaan 100 tahun yang lalu. Artinya belum ada perubahan yang berarti dalam sistem manajemen dan administrasi sekolah, semuanya masih berorientasi pada kertas. Di zaman yang sering disebut sebagai zaman teknologi informasi, sekolah adalah satu-satunya entitas yang masih berpegang teguh pada paradigma lama. Lihat saja, masih banyak pengawas sekolah yang meminta administrasi guru seperti RPP dan sebagainya dalam bentuk cetakan bahkan tulisan tangan. Padahal jika adminstrasi guru tidak perlu lagi berbentuk bahan cetakan, berapa banyak anggaran yang bisa di hemat oleh sekolah. Dan guru akan punya lebih banyak waktu untuk membimbing siswa, merancang berbagai macam strategi pembelajaran dan mengimplementasikannya dengan berbagai metode dan teknik dari pada hanya menghabiskan waktu untuk menulis administrasi yang sedemikian banyak.
Banyak pejabat pendidikan yang meminta agar guru dapat memanfaatkan teknologi informasi, tetapi cara pandang para pejabat ini juga masih cara pandang lama. Belum sampai pada cara pandang bahwa penggunaan teknologi informasi di sekolah adalah untuk meningkatkan efisiensi baik dari segi administrasi, pembiayaan dan terutama efisiensi pembelajaran.
Berikut ini adalah sebuah ilustrasi sederhana tentang sekolah yang menerapkan tekonologi informasi secara terpadu dan terintegrasi.
Pada hari pertama tahun ajaran baru, seorang guru masuk ke kelas VII SMP dengan sebuah laptop yang terhubung dengan jaringan sistem informasi sekolah. Dia cukup klik atau ketik nama kelas, maka server sistem informasi akan memunculkan daftar nama siswa lengkap beserta bio datanya di laptopnya. Selanjutnya guru melakukan pengabsenan, hasilnya tersimpan di server sistem. Yang tercatat bukan hanya data kehadiran siswa saja, data kehadiran guru, tema atau topik pelajaran, status ketuntasan juga akan tersimpan. Sama sekali tidak perlu kertas.
Sementara itu siswa dengan tablet nya yang juga terhubung dengan yang server sistem, mereka akan terhubung dengan pusat sumber belajar yang diatur oleh sebuah Learning Management System. Mereka bisa mengakses materi pelajaran, latihan soal bahkan ulangan cukup dengan tabletnya. Status kemajuan belajar, tugas, dan ulangannya akan tercatat pada sistem. Sama sekali tidak perlu kertas.
Kemudian lewat web sekolah atau SMS gateway, orang tua siswa juga bisa mengakses status kemajuan belajar putra-putri mereka dengan mudah. Kepala sekolah juga bisa mengakses administrasi guru, proses dan evaluasi pembelajaran setiap guru cukup lewat laptop di ruang kerjanya. Pengawas dan dinas pendidikan pun bisa mendapatkan laporannya dengan cepat secara real time dan tanpa rekayasa. Sama sekali tidak perlu kertas.
Dan di akhir semester, semua laporan yang berkaitan dengan proses dan hasil pembelajaran sudah tersedia di server sistem informasi sekolah, semua warga sekolah, guru, wali kelas, kepala sekolah bahkan siswa bisa mengaksesnya sesuai dengan hak akse masing-masing. Sama sekali tidak memerlukan kertas.
Mungkinkah keadaan seperti yang dilustrasikan di atas bisa direalisasikan? Silahkan para pejabat pendidikan, para kepala sekolah dan para guru sendiri untuk menjawabnya.

e-teacher : Guru Berwawasan TIK

Pembelajaran berbasis TIK menjadi tren untuk menyongsong masa depan. Seorang guru yang profesional (apalagi bersertifikat) haruslah berusaha untuk mampu memanfaatkan berbagai media untuk mewujudkan pembelajaran yang bermakna dan berguna, tidak Cuma mengandalkan sepotong kapur lalu berceramah di depan kelas atau memenuhi papan tulis dengan materi pelajaran yang tidak terlalu bermakna bagi siswa. TIK menjadi alternatif dalam pembuatan media pembelajaran karena ia dapat :

  1. Membuat konkrit konsep yang abstrak, misalnya untuk menjelaskan sistem peredaran darah;
  2. Melakukan pemodelan obyek yang berbahaya atau sukar didapat kedalamlingkungan belajar;
  3. Menampilkan obyek yang terlalu besar seperti pasar, candi borobudur;
  4. Menampilkan objek yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang
  5. Membuat simulasi, seperti laboratorium virtual, dan sebagainya

Berikut ini contoh kegiatan pemanfaatan TIK untuk pembelajaran :

  1. Membuat media presentasi pembelajaran
  2. Membuat Software pembelajaran interaktif
  3. Pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran
  4. Pemanfaatan multi media pembelajaran

Jadi kalau begitu, bagaimana memulai untuk menjadi guru berwawasan TIK, baca posting berikutnya… Yang penting ada minat dulu when there is a will there is a way.

Salam perubahan

BLOG : Papan Tulis di Era Digital

Assalamualaikum !

Papan tulis tak pelak merupakan media terpenting dalam proses belajar mengajar di kelas-kelas Indonesia. Papan tulis di Indonesia baru sekali mengalami transformasi yaitu dari papan tulis hitam ( blackboard ) menjadi papan tulis putih ( whiteboard ). Walaupun akhir-akhir ini banyak kelas khususnya di kota-kota  yang sudah dilengkapi dengan  LCD Proyektor namun tetap saja peran papan tulis masih belum tergantikan. Selain LCD Proyektor, sekarang banyak juga guru-guru yang membuka kelas digital di dunia maya dengan memanfaatkan blog, social networking, email, grup milis, sebagai media pembelajaran. Bagaimana dengan anda ? Masihkah anda bertahan sebagai guru konvensional yang menutup diri dengan kemajuan teknologi informasi? Bergabunglah dengan kami untuk menjadi guru di era digital.

Blog ini direncanakan untuk menjadi pintu gerbang bagi guru-guru khususnya di kabupaten sukabumi untuk memasuki era digital , menjadi e-teacher yang melakukan e-teaching di e-class. Kami akan memandu Bapak/Ibu Guru dengan informasi tentang website/blog/milis yang dapat mengupgrade anda menjadi e-teacher.

Wassalam

Endang Muhtadin

Guru SMPN 1 Cikakak dan SMAN 1 Cikakak